LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN
Studi Tumbuhan Liana dan Epifit
dan hubungannya dengan tanaman induk
OLEH : KELOMPOK 10
1. MUHAMMAD
ILYAS BAHRI R. (D1D012029)
PROGRAM STUDI : KEHUTANAN
DOSEN PENGAMPU :
Nursanti S.Hut,
M.Si
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam hubungan
kemasyarakatan adanya saling ketergantungan antara satu individu dengan indivdu
lain dinamakan hubungan sosial. Karena setiap individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri tanpa adanya bantuan dengan individu lain. Itu sebabnya individu saling
tolong-menolong dalam mempertahankan kehidupan. Seperti seorang manusia yang
masih dibantu untuk makan ketika ia masih kecil, hingga dia dewasa terus
membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan.
Begitu juga dalam
masyarakat hutan adanya saling tolong-menolong antara individu dengan individu
maupun individu dengan individu lain. Pohon juga memerlukan bantuan pohon lain
untuk hidup seperti bulian yang butuh naungan dari pohon lain saat
penyemaiannya, begitu juga dengan pohon-pohon yang lain.
Salah satu dari
hubungan sosial pada masyarakat hutan adalah hubungan antara pohon dengan liana
atau dengan efipit. Liana atau efipit ini berada pada tanaman induk yang
memiliki hubungan tertentu dari kedua belah pihak. Tumbuhan liana dan efipit
melekat pada pohon induk dengan liana menumpang hidup pada induknya.
Perbedaan liana dan
efipit terletak pada akarnya. Yaitu pada liana akarnya akan menancap ketanah
batangnya yang melekat pada tumbuhan induk sedangkan pada efipit akarnya tidak
menancap ketanah melainkan menempel pada batang dan menangkap debu-debu di
udara.
Tentunya
dari hubungan ini adanya pengaruh dari salah satu individu. Seperti pertumbuhan
tumbuhan induk terganggu serta adanya kompetisi dalam cahaya maupun air. Tetapi
ada juga untung bagi liana tersebut seperti tanaman induk membantu liana
mendapatkan cahaya matahari pada hutan serta tempat tumbuh bagi efipit.
1.2 Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui hubungan dari liana, efipit dan tanaman induknya
2.
Dapat mengetahui manfaat liana atau efipit pada tanaman
induk
3.
Dapat mengetahui
tanaman-tanaman yang berhubungan dengan liana dan efipit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
mengenai “Studi Tumbuhan Liana dan Epifit dan hubungannya dengan tanaman induk di Hutan kampus UNJA Mendalo” ini sekitar Hutan Sekunder Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro
Jambi. Materi praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 10 Oktober
2013, dimulai pada pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.30 WIB.
3.2 Alat dan
Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Alat tulis
2.
Tali rafia
3.
Kamera
4.
Meteran ukuran 100m
3.3 Prosedur Praktikum
1. Dibuat petakan dengan
ukuran 20 x 100 m pada areal lahan hutan sekunder UNJA Mendalo.
2. Didicatat jenis Liana atau Eifipt serta strangler
yang dijumpai pada petakan
3. Dicatat juga pohon inang yang menpunyai hubungan
dengan liana dan epifit tersebut.
4. diambil
dokumentasi dari liana dan epifit beserta pohon inangnya.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang dapat di capai pada praktikum ini adalah sebagai berikut
:
A. Ekosistem Hutan Sekunder
No
|
Tanaman/Hewan yang ditemukan
|
Jumlah
|
Klasifikasi
|
1
|
Medang Sendok
|
1
|
Pohon
|
2
|
Muaro Nyelai
|
1
|
Pohon
|
3
|
Medang Kuning
|
1
|
Pohon
|
4
|
Medang Keladi
|
1
|
Pancang
|
5
|
Antui
|
1
|
Tiang
|
6
|
Kepala tupai
|
5
|
|
7
|
Liana
|
banyak
|
|
8
|
Semut
|
Banyak
|
Serangga
|
9
|
Nyamuk
|
banyak
|
Serangga
|
10
|
Laba-laba
|
1
|
Artrophoda
|
11
|
Kumbang
|
1
|
Serangga
|
B.
Ekosistem Semak Belukar
No
|
Tanaman/Hewan yang ditemukan
|
Jumlah
|
Klasifikasi
|
1
|
Senduduk (Melastoma malabathricum)
|
27
|
perdu
|
2
|
Tebu gajah
|
19
|
|
3
|
Ilalang
|
1
|
semak
|
4
|
Paku pakuan
|
Banyak
|
Paku-pakuan
|
5
|
Lalang (Imperata cylindrica)
|
Banyak
|
Semak
|
6
|
|
1
|
Perdu
|
7
|
|
1
|
Perdu
|
8
|
Sejenis putri
malu
|
1
|
Semak
|
9
|
Rumput liar
|
banyak
|
Rumput-rumputan
|
C. Perbedaan suhu dan kelembaban ekosistem hutan sekunder
dan ekosistem semak belukar
waktu
|
Suhu
|
|
Kelembaban
|
||
Ek. hutan sekunder
|
Ek. Semak
|
Ek. hutan sekunder
|
Ek. Semak
|
||
Pagi
|
26oC
|
28oC
|
80%
|
80%
|
|
Siang
|
31oC
|
34oC
|
58%
|
49%
|
|
Sore
|
30oC
|
32oC
|
68%
|
62%
|
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini,
pengamatan dilakukan pada ekosistem Hutan Sekunder yaitu lingkugan hutan kampus
Unja Mendalo, serta ekosistem semak belukar disekitar lahan pertanian Unja
Mendalo.
Hasil yang dari praktikum ini yaitu berbedanya ekosistem
hutan sekunder dengan ekosisten semak belukar. Flora dan fauna juga berbeda pada
setiap ekosistem. Pada ekosistem hutan sekunder terdapat tumbuhan besar seperti
medang sendok, tetapi pada ekosistem semak belukar tidak terdapat tumbuhan
besar.
Ekosistem hutan sekunder
memiliki lapisan-lapisan yang bisa disebut tegakan. Terdapat hingga canopy
layer dari tegakan-tegakan yang dibangun oleh tumbuhan-tumbuhan yang hidup pada
hutan sekunder. Lapisan bawah dari hutan sekunder tidak ditumbuhi begitu banyak
tumbuhan, hanya seresah daun saja mengering yang melapisi lantai hutan.
Pada ekosistem semak
belukar. Dapat dijumpai tumbuhan yang mendominasi adalah jenis-jenis pioner
yang tahan terhadap tanah gersang serta cahaya matahari. Tidak ada pohon-ponon
besar tumbuh pada ekosistem semak belukar. Lantai dari ekosistem semak dapat
menyebabkan kaki terkena goresan-goresan rumput yang memiliki duri-duri pada
daun tumbuhan-tumbuhan semak.
Keadaan lingkungan pada
ekosistem semak tentunya berbeda dengan ekosistem hutan sekunder. Suhu lebih
rendah pada ekosistem hutan daripada ekosistem semak. Hal ini dikarenakan
cahaya matahari tidak langsung masuk ke lantai hutan sekunder. Tetapi bila
seseorag berdiri pada lahan semak cahaya dapat langsung mengenai orang
tersebut, sehingga panas terasa. Begitu juga kelembaban semakin tinggi suhu
tentunya semakin rendah kelembaban, hal ini terjadi pada kedua ekosistem yang
diamati. Ekosistem hutan dengan suhu rendah memiliki kelembaban yang tinggi
pada pagi hari yaitu 80%-90% .
Hewan yang mendominasi
pada hutan sekunder ialah nyamuk yang suka pada tempat lembab dan kering,
terhindar dari cahaya matahari. Sedangkan pada semak tidak ditemukan nyamuk
karena tempatnya yang lebih panas dari hutan sekunder.
BAB V
KESIMPULAN
1. Tumbuhan yang dijumpai pada
ekosistem hutan sekunder berbeda dengan tumbuhan ekosistem semak, pada
ekosistem hutan terdapat tumbuhan berkayu yang tingginya mecapat 20-30 m,
sedangkan pada ekosistem semak hanya perdu dan semak yang ditemukan.
2. Lantai hutan dengan lantai semak juga berbeda, hutan
memiliki lantai yang dipenuhi serasah dan dedaunan yang telah gugur sedangkan
semak terdapat rumput-rumput bergdaun duri sehingga dapat melukai kaki
seseorang.
3. Keadaan lingkungan dan suhu pada hutan lebih sejuk
dibandingkan dengan suhu pada sema, serta kelembaban hutan lebih tinggi dari
kelembaban semak.
SARAN
1. Dalam melakukan pengamatan ke lapangan jangan lupa
menggunakan pengaman supaya terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Saling menjaga satu dengan yang lainnya bila dalam
masalah dan jangan merusak ekosistem yang diamati karena dapat mengganggu jaring-jaring
makanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Parjatmo, Widjaja. 1987. Biologi Umum I. Bandung: Angkasa.
Rahardjanto. 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM.
Saktiyono. 1999. Biologi.
Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen Pembina. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar.
Jember: Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Jember.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
HUTAN SEKUNDER
Ekosistem Semak belukar
0 komentar:
Posting Komentar