LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKA
Pengaruh Media Tanah Terhadap Bintil Akar Akasia (Acacia mangium)
OLEH :
MUHAMMAD ILYAS BAHRI
PROGRAM STUDI : KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang
Mikoriza
berasal dari kata mokro (mykes =cendawan ) dan riza yang berarti akar tanaman
yang berarti akar tanaman struktur yang terbentuk dari asosiasi ini
tersusun secara beraturan dan memperhatikan spektrum yang sayang
luas baik dari dalam hal tanaman inang.jenis cendawan maupon penyebarannya
.Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar antara akar tanaman dengan
jamur.Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan mampaat yang
sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur menjadi
dua yaitu : 1. Endomikoriza adalah jamur yang hifanya dapat menembus akar
sampai akar korteks.Endomikoriza penting untuk beberapa jenis tanaman polongan
karena dapat merangsang pertumbuhan bintil akar. 2. Ektomikoriza adalah jamur
yang hijau nya sampai pada bagian epidermis akar pertumbuhan atau tidak sampai
kedalaman korteks akar (Pujianto , 2001 ).
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mikoriza yaitu : 1). Suhu,penetrasi dan
perkembangan hifa diakar peka pula terhadap suhu tanah . Pada umumnya imfeksi
oleh cendawan MVA mengikat dengan naiknya suhu , peran mikoriza hanya menurun
pada suhu 400 C. 2). Kadar air tanah ,dengan adanya mikoriza dapat
meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuhan dan bertahan pada kondisi yang
kurang air. 3). PH tanah,perubahan pH tanah melalui pengakuran biasany
berdampak mengikat bagi perkembangan MVA asli yang hidup pada tanah tersebut
sehingga pembentukan mikoriza menurun. 4). Bahan organik, jumlah
maksimum spora di temuka pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2
person sedangkan pada tanah-tanah berbahan organik kurang dari 0,5
person kandungan spora sangat rendah. 5) . Cahaya dan ketersediaan cahaya . 6
). Fungsida (Rahaya, 2003 ).
Tanaman
yang bermikoriza yang jumlahnya lebih baik dari tanaman yang
bermikoriza. Penyebap utama adalah mikoriza secara efektip dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara makro maupun mikro,selain itu akar bermikoriza dapat
menyerap unsur hara dalam bentuk terikat yang tidak tersedia bagi
tanaman.Mamfaat yang dapat di proleh tanaman inang dari aanya asosiasi mikoriza
adalah Meningkatkan penyerapan unsur hara,Tahan terhadap serangan
patogen,Sebagai konsrfasi tanah ,sebagai sumber pembuatan pupuk biologi,sinergis
dengan mikroorganisme lain,dapat meningkatkan keanekaragaman tumbuhan
(Santosa,1989).
Bakteri
rhizobium merupakan mikroorganisme yang amonia (NH3 )yang akan di ubah
menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang di
perlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri
memperolrh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang (Dwijoseputro,
1992).
Bakteri
Rhizobium mempunyai dampak yang positif baik langsung maupun tidak langsung
terhadap sipat fisik dan kimia tanah sehingga mampu meningkatkan kesuburan
tanah. Namun dalam keadaan tertentu bakteri tersebut dapat di pengaruhi oleh
kondisi tanah terutama pH tanah,kondisi fisik ,kimia serta biologi tanah
.Selain itu faktor kompetisi merupakan faktor paling keritis yang menghambat
kesuksesan inoklasi Rhizobium (Anonim, 2009).
2.1Tujuan
Pengamatan
Adapun tujuan dari pengamatan
ini adalah untuk mengamati bintil akar pada Acacia mangium(Akasia)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.2Pohon Akasia (Acacia mangium)
|
Acacia
mangium adalah tanaman
kayu anggota dari marga Acacia yang banyak tumbuh di wilayah Papua
Nugini, Papua Barat dan Maluku. Tanaman ini pada mulanya dikembangkan eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya di Malaysia Timur, yaitu di Sabah dan
Serawak, karena menunjukkan pertumbuhan yang baik maka Filipina
telah mengembangkan pula
sebagai tanaman hutan.
Pada umumnya Acacia mangium mencapai tinggi lebih dari 15
meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil
antara 7 - 10 meter. Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar,
beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia mangium yang baru berkecambah memiliki daun
majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan sub famili
Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh
beberapa minggu Acacia mangium tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi
tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah menjadi
phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus kelihatan
seperti daun tumbuh umumnya. Acacia mangium dapat tumbuh dengan cepat dan tahan
terhadap berbagai kondisi cuaca, meskipun demikian tanaman ini membutuhkan
perawatan khusus jika ditanam sebagai tanaman kebun karena daunnya yang banyak
berguguran.
Manfaat
Acacia
mangium termasuk jenis Legum yang
tumbuh cepat, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu
terpengaruh oleh jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan
bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari,
kusen pintu,
dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman Acacia mangium yang berumur
tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan
partikel yang baik.(wiki. 1)
2.2
Karakteristik
Bakteri Rhizobium sp.
Rhizobium berasal dari dua kata yaitu Rhizo
yang artinya akar dan bios yang berarti hidup. Rhizobium adalah bakteri
yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih berbentuk
sirkulasi, merupakan penghambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan
berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik satu
spesies Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman
legume saja. Bakteri Rhizobium adalah organotrof, aerob, tidak berspora,
pleomorf, gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri rhizobium mudah tumbuh
dalam medium pembiakan organik khususnya yang mengandung ragi atau kentang.
Pada suhu kamar dan pH 7,0 – 7,2.
Morfologi Rhizobium dikenal sebagai bakteroid.
Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang
tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis
selulose.
Rhizobium (yang terkenal adalah Rhizobium
leguminosarum) adalah basil yang gram negatif yang merupakan penghuni biasa
didalam tanah. Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu akar tanaman berbuah
polongan dan menyebabkan jaraingan agar tumbuh berlebih-lebihan hingga menjadi
kutil-kutil. Bakteri ini hidup dalam sel-sel akar dan memperoleh makanannya
dari sel-sel tersebut. Biasanya beberapa spesies Actinomycetes kedapatan
bersama-sama dengan Rhizobium sp dalam satu sel.
Interaksi Rhizobium sp.
dengan tanaman Leguminoceae
Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar
leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas bersama
sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen
seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan,
bakteri dan tanak disekitarnya. Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat
nitrogen secara mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak
terdapat dalam tanah legum tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium hidup
dengan menginfeksi akar tanaman legum dan berasosiasi dengan tanaman tersebut,
dengan menambat nitrogen.
Pada dunia pertanian bakteri rhizobium sp mengikat
unsur nitrogen dari lingkungan sekitar dan menularkan ke tumbuhan, tetapi
bagian akar dan juga pada bagian tanah pada suatu tanaman. Kebanyakan
rhizobium sp menularkan pada tanaman yang berbiji : contohnya saja akar
pada tanaman kedelai.
Pada tanaman kedelai tersebut, bakteri rhizobium sp menempel
pada bintil akar. Dan itu membuat tanaman tersebut tumbuh subur dan untuk
melangsungkan hidupnya karena tanaman tersebut telah terinfeksi oleh bakteri Rhizobium
sp.
Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak
digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera.
Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain
bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri
dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali
atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan
senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan
demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.
Proses Pembentukan Bintil Akar
Terjadinya bintil akar diawali oleh interaksi antara tanaman
dan bakteri Rhizobia. Akar tanaman mengeluarkan sinyal yang akan
mengaktifkan ekspresi gen dari bakteri yang berperan pada nodulasi. Setelah
adanya sinyal tadi, bakteri (Rhizobia) akan mensintesis sinyal yang
menginduksi pembentukan meristem nodul dan memungkinkan bakteri untuk masuk ke
dalam meristem tersebut melalui proses infeksi. Sinyal‐sinyal kimia yang di sintesis oleh
bakteri itu pada dasarnya merupakan asam amino termodifikasi (homoserin lakton)
yang membawa subtituen rantai asil yang bervariasi yang disebut asil homoserin
lakton (AHL). Melalui pendeteksian dan reaksi terhadap senyawa‐senyawa kimia tersebut sel‐sel tanaman secara individu dapat
merasakan berapa banyak sel yang mengelilingi mereka1.
Interaksi secara simbiosis terjadi karena adanya pertukaran
sinyal antara tumbuhan dan bakteri (Rhizobia). tanaman mensekresikan
senyawa‐senyawa flavonoid yang gugus
fenolnya bersama dengan NodD (protein penggerak) dari bakteri menginduksi
ekspresi dari gen pembentukan nodul dari Rhizobia (nod, nol, noe). Sebagai
hasilnya, Rhizobia memproduksi Nod factors. Induksi Nod
factors direspon oleh tanaman (yang salah satunya) dengan pembentukan
nodul.
Proses pembentukan nodul terjadi melalui beberapa tahap
perkembangan yang dimulai dengan kolonisasi bakteri Rhizobia dan lalu
menempel pada rambut akar. Kemudian Rhizobia terjebak di dalam lekukan
lipatan rambut akar yang kemudian mengakibatkan Rhizobia mencoba masuk
melalui dinding sel dengan menyusup dengan membentuk infeksi (luka). Sel
kortikoid tertentu dari tanaman membelah untuk membentuk primordial nodul dan
melalui primordial ini penyusupan sel secara infeksi tumbuh. Pertumbuhan
tersebut lebih lanjut akan membentuk suatu tumor. Di dalam daerah infeksi
tersebut bakteri membelah diri sebelum akhirnya terbentuk nodul dan bakteri
tersebut terdiferensiasi menjadi bakteroid dan mulai mengikat nitrogen
Pada awal respon tanaman terhadap induksi Nod factors,
melibatkan aliran ion yang melewati membran plasma dan berasosiasi di membran,
yang diikuti getaran secara berkala ion kalsium yang diikuti pembentukan ulang
rambut akar dan inisiasi pembelahan sel kortikoid. Pembentkan bintil akar
membutuhkan Nod factors karena apabila Rhizobia tidak memproduksi
Nod factors maka tidak akan terjadi pembentukan bintil.(widya. 2011)
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
1.3Waktu dan tempat
Adapun pengamatan praktikum mengenai Bintil
Akar pada Tumbuhan Akasia ini dilakukan di Pembibitan dan Persemaian,
Universitas Jambi.Praktikum ini dilaksanakan tanggal 4 Juni 2013 pukul 14.30
WIB sampai 16.00 WIB
2.2Alat
dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Cangkul
2.
Mistar
3.
Pisau
3.3 Metode
Kerja
1.
Diukur
tinggi akasia dengan menggunakan mistar
2.
Dibuat
batas untuk mencangkul tumbuhan dengan menggunakan pisau
3.
Dicangkul
bagian tanah seluruhnya sampai akar tidak terputus
4.
Direndam
objek pada air
5.
Setelah
beberapa waktu dibersihkan dan dihitung jumlah bintil akar yang hidup dengan
bintil akar yang mati
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.4Hasil
Adapun hasil
bintil akar pada tanaman Acacia mangium di media tanah ultisoil
Tinggi
|
Tumbuhan
|
Hidup
|
Mati
|
10-15
cm
|
A
|
6
|
4
|
|
B
|
7
|
6
|
|
C
|
3
|
2
|
|
|
|
|
25-30
cm
|
A
|
5
|
6
|
|
B
|
3
|
3
|
|
|
|
|
35-45
cm
|
A
|
27
|
1
|
|
B
|
11
|
3
|
|
|
|
|
45-60
cm
|
A
|
3
|
2
|
Gambar bintil akar
Adapun hasil
bintil akar pada tanaman Acacia mangium di media tanah gambut
Tinggi
|
Tumbuhan
|
Hidup
|
Mati
|
10-15
cm
|
A
|
3
|
|
|
|
|
|
25-30
cm
|
A
|
4
|
|
|
|
|
|
35-45
cm
|
A
|
5
|
1
|
|
|
|
|
45-60
cm
|
A
|
11
|
4
|
2.4 Pembahasan
Bintil akar dimiliki oleh tanaman
leguminea yang membantu tumbuhan mengolah ammonia menjadi asam amino bagi
tumbuhan sedangkan dia sendiri akan mendapatkan karbohidrat untuk kebutuhan
berkembangnya.
Acacia mangium adalah salah satu
tumbuhan yang memiliki bintil akar. Dari hasil pengamatan yang dilakukan bintil
akar memiliki ukuran-ukuran tertentu, mulai dari yang besar hingga ukurannya
tidak dapat dilihat oleh mata. BIntil akar juga begitu erat dengan tanaman
induk sehingga ketika diberi guncangan maka bintil akar belum tentu lepas dari
tanamannya.
Pada hasil pengamatan yang dilakukan
oleh dua kelompok, didapatkan bahwa bintil akar pada akasia lebih memiliki
jumlah yang lebih banyak pada media tanah ultisoil daripada media tanah gambut.
Hal ini disebabkan tanah ultisoil yang dominan liat dengan akar yang
membutuhkan bantuan untuk menyerap air dan memecah ammonia sehingga bintil akar
sangat dibutuhkan, sedangkan pada tanah gambut kebutuhan bintil akar sedikit
karena kandungan pada tanah gambut yang subur.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.5 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Acacia mangium
adlah salah satu tumbuhan yang memiliki bintil akar sebagai bahan praktikum
mengenai bintil akar.
2.
Bintil akar tidak
dapat hidup pada keasaman tanah lebih dari 7.0-7,2 dan akan mati bila tidak
pada pH tersebut.
3.
Pada tanaman
akasia dimedia tanah ultisoil memiliki kandungan bintil akar yang lebih banyak
dari pada tanaman akasia dimedia tanam gambut.
2.5 Saran
Saran
yang dapatpenulis berikan adalah :
1.
Dalam
mengambil tumbuhan dari tanah harus berhati-hati supaya akar tidak terputus dan
rusak
2.
Dalam
melihat bintil akar sebaiknya menggunakan lup atau mikroskop dalm membantu
melihat bintil akar.
BAB
VI
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,S.1992.Mikrobiologi Pangan .Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Pujianto.2001.Pemampaatan Jasad Mikro ,Mikoriza dan
Bakteri Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan Di indonesia .Bogor:Institup
Pertanian Bogor.
Rahayu,Novi.2003.Pemampaatan Mikoriza dan Bahan Organik Dalam
Rangka Reklamus Lahan Pasca Penambangan.Pontianak.Fakultas Pertanian
Tanjung Pura.
Santosa,DewiAndreas.1989.Teknik dan Metode Penelitian Mikoriza
Vesikulas Arbuskular.Bogor:Institut Pertanian Bogor
Widya, 2011. Interaksi Tanaman Legum dengan . [
online] . [tersedia] : http://widyaamrida.blogspot.com/2011/10/interaksi-antara-tanaman-legum-dengan.html.
Diakses tanggal 7 Juni 2013.
0 komentar:
Posting Komentar