Senin, 18 November 2013

Pengaruh Media Tanah Terhadap Bintil Akar Akasia (Acacia mangium)

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKA
Pengaruh Media Tanah Terhadap  Bintil Akar Akasia (Acacia mangium)




 OLEH :
MUHAMMAD ILYAS BAHRI 

PROGRAM STUDI             : KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI

2013




BAB I
PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang

            Mikoriza berasal dari kata mokro (mykes =cendawan ) dan riza yang berarti akar tanaman yang berarti akar tanaman struktur yang terbentuk dari asosiasi  ini tersusun secara beraturan  dan memperhatikan spektrum yang sayang luas baik dari dalam hal tanaman inang.jenis cendawan maupon penyebarannya .Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar antara akar tanaman dengan jamur.Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan mampaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur menjadi dua yaitu : 1. Endomikoriza adalah jamur yang hifanya dapat menembus akar sampai akar korteks.Endomikoriza penting untuk beberapa jenis tanaman polongan karena dapat merangsang pertumbuhan bintil akar. 2. Ektomikoriza adalah jamur yang hijau nya sampai pada bagian epidermis akar pertumbuhan atau tidak sampai kedalaman korteks akar (Pujianto , 2001 ).
            Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikoriza yaitu : 1). Suhu,penetrasi dan perkembangan hifa diakar peka pula terhadap suhu tanah . Pada umumnya imfeksi oleh cendawan MVA mengikat dengan naiknya suhu , peran mikoriza hanya menurun pada suhu 40­0 C. 2). Kadar air tanah ,dengan adanya mikoriza dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk tumbuhan dan bertahan pada kondisi yang kurang air. 3). PH tanah,perubahan pH tanah melalui pengakuran biasany berdampak mengikat bagi perkembangan MVA asli yang hidup pada tanah tersebut sehingga pembentukan mikoriza  menurun. 4). Bahan organik, jumlah maksimum spora di temuka pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 person sedangkan pada tanah-tanah berbahan organik  kurang dari 0,5 person kandungan spora sangat rendah. 5) . Cahaya dan ketersediaan cahaya . 6 ). Fungsida (Rahaya, 2003 ).
            Tanaman yang bermikoriza yang jumlahnya lebih baik  dari tanaman yang bermikoriza. Penyebap utama adalah mikoriza secara efektip dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro maupun mikro,selain itu akar bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat yang tidak tersedia bagi tanaman.Mamfaat yang dapat di proleh tanaman inang dari aanya asosiasi mikoriza adalah Meningkatkan penyerapan unsur hara,Tahan terhadap serangan patogen,Sebagai konsrfasi tanah ,sebagai sumber pembuatan pupuk biologi,sinergis dengan mikroorganisme lain,dapat meningkatkan keanekaragaman tumbuhan (Santosa,1989).
            Bakteri rhizobium merupakan mikroorganisme yang amonia (NH3 )yang akan di ubah menjadi asam amino yang selanjutnya menjadi senyawa nitrogen yang di perlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sedangkan Rhizobium sendiri memperolrh karbohidrat sebagai sumber energi dari tanaman inang (Dwijoseputro, 1992).
            Bakteri Rhizobium mempunyai dampak yang positif baik langsung maupun tidak langsung terhadap sipat fisik dan kimia tanah sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah. Namun dalam keadaan tertentu bakteri tersebut dapat di pengaruhi oleh kondisi tanah terutama pH tanah,kondisi fisik ,kimia serta biologi tanah .Selain itu faktor kompetisi merupakan faktor paling keritis yang menghambat kesuksesan inoklasi  Rhizobium (Anonim, 2009).


2.1Tujuan Pengamatan

Adapun tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengamati bintil akar pada Acacia mangium(Akasia)











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.2Pohon Akasia (Acacia mangium)
Starr 031013-0012 Acacia mangium.jpg
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Bangsa:
Genus:
Spesies:
A. mangium

Acacia mangium adalah tanaman kayu anggota dari marga Acacia yang banyak tumbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. Tanaman ini pada mulanya dikembangkan eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya di Malaysia Timur, yaitu di Sabah dan Serawak, karena menunjukkan pertumbuhan yang baik maka Filipina telah mengembangkan pula sebagai tanaman hutan.
Pada umumnya Acacia mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 - 10 meter. Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia mangium yang baru berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan sub famili Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh beberapa minggu Acacia mangium tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah menjadi phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Acacia mangium dapat tumbuh dengan cepat dan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, meskipun demikian tanaman ini membutuhkan perawatan khusus jika ditanam sebagai tanaman kebun karena daunnya yang banyak berguguran.




          Manfaat

Acacia mangium termasuk jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman Acacia mangium yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik.(wiki. 1)



          2.2 Karakteristik Bakteri Rhizobium sp.
Rhizobium berasal dari dua kata yaitu Rhizo yang artinya akar dan bios yang berarti hidup. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih berbentuk sirkulasi, merupakan penghambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik satu spesies Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman legume saja. Bakteri Rhizobium adalah organotrof, aerob, tidak berspora, pleomorf, gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri rhizobium mudah tumbuh dalam medium pembiakan organik khususnya yang mengandung ragi atau kentang. Pada suhu kamar dan pH 7,0 – 7,2.
Morfologi Rhizobium dikenal sebagai bakteroid. Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose.
Rhizobium (yang terkenal adalah Rhizobium leguminosarum) adalah basil yang gram negatif yang merupakan penghuni biasa didalam tanah. Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu akar tanaman berbuah polongan dan menyebabkan jaraingan agar tumbuh berlebih-lebihan hingga menjadi kutil-kutil. Bakteri ini hidup dalam sel-sel akar dan memperoleh makanannya dari sel-sel tersebut. Biasanya beberapa spesies Actinomycetes kedapatan bersama-sama dengan Rhizobium sp dalam satu sel.




Interaksi Rhizobium sp. dengan tanaman Leguminoceae

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSZrOgS8DNbC5OLZOQmHPUgpG97HfDqZ14taHzVaLhhdNx2uRxxkiJRx4L8em-WpqsTwPbJFTCAyjQ7cOTBssS4oStOFSEgoX_9pz-3MkEUIc957V7i0y52MFoQp88ordVjnnZrIMpEre2/s320/Picture1.png

Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanak disekitarnya. Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat nitrogen secara mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman legum dan berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan menambat nitrogen.
Pada dunia pertanian bakteri rhizobium sp mengikat unsur nitrogen dari lingkungan sekitar dan menularkan ke tumbuhan, tetapi bagian akar dan juga pada bagian  tanah pada suatu tanaman. Kebanyakan  rhizobium sp menularkan pada tanaman yang berbiji : contohnya saja akar pada tanaman kedelai.
Pada tanaman kedelai tersebut, bakteri rhizobium sp menempel pada bintil akar. Dan itu membuat tanaman tersebut tumbuh subur dan untuk melangsungkan hidupnya karena tanaman tersebut telah terinfeksi oleh bakteri Rhizobium sp.
Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah.

Proses Pembentukan Bintil Akar

Terjadinya bintil akar diawali oleh interaksi antara tanaman dan bakteri Rhizobia. Akar tanaman mengeluarkan sinyal yang akan mengaktifkan ekspresi gen dari bakteri yang berperan pada nodulasi. Setelah adanya sinyal tadi, bakteri (Rhizobia) akan mensintesis sinyal yang menginduksi pembentukan meristem nodul dan memungkinkan bakteri untuk masuk ke dalam meristem tersebut melalui proses infeksi. Sinyalsinyal kimia yang di sintesis oleh bakteri itu pada dasarnya merupakan asam amino termodifikasi (homoserin lakton) yang membawa subtituen rantai asil yang bervariasi yang disebut asil homoserin lakton (AHL). Melalui pendeteksian dan reaksi terhadap senyawasenyawa kimia tersebut selsel tanaman secara individu dapat merasakan berapa banyak sel yang mengelilingi mereka1.
Interaksi secara simbiosis terjadi karena adanya pertukaran sinyal antara tumbuhan dan bakteri (Rhizobia). tanaman mensekresikan senyawasenyawa flavonoid yang gugus fenolnya bersama dengan NodD (protein penggerak) dari bakteri menginduksi ekspresi dari gen pembentukan nodul dari Rhizobia (nod, nol, noe). Sebagai hasilnya, Rhizobia memproduksi Nod factors. Induksi Nod factors direspon oleh tanaman (yang salah satunya) dengan pembentukan nodul.
Proses pembentukan nodul terjadi melalui beberapa tahap perkembangan yang dimulai dengan kolonisasi bakteri Rhizobia dan lalu menempel pada rambut akar. Kemudian Rhizobia terjebak di dalam lekukan lipatan rambut akar yang kemudian mengakibatkan Rhizobia mencoba masuk melalui dinding sel dengan menyusup dengan membentuk infeksi (luka). Sel kortikoid tertentu dari tanaman membelah untuk membentuk primordial nodul dan melalui primordial ini penyusupan sel secara infeksi tumbuh. Pertumbuhan tersebut lebih lanjut akan membentuk suatu tumor. Di dalam daerah infeksi tersebut bakteri membelah diri sebelum akhirnya terbentuk nodul dan bakteri tersebut terdiferensiasi menjadi bakteroid dan mulai mengikat nitrogen
Pada awal respon tanaman terhadap induksi Nod factors, melibatkan aliran ion yang melewati membran plasma dan berasosiasi di membran, yang diikuti getaran secara berkala ion kalsium yang diikuti pembentukan ulang rambut akar dan inisiasi pembelahan sel kortikoid. Pembentkan bintil akar membutuhkan Nod factors karena apabila Rhizobia tidak memproduksi Nod factors maka tidak akan terjadi pembentukan bintil.(widya. 2011)
































BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

1.3Waktu dan tempat
Adapun pengamatan praktikum mengenai Bintil Akar pada Tumbuhan Akasia ini dilakukan di Pembibitan dan Persemaian, Universitas Jambi.Praktikum ini dilaksanakan tanggal 4 Juni 2013 pukul 14.30 WIB sampai 16.00 WIB


2.2Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Cangkul
2.      Mistar
3.      Pisau




3.3  Metode Kerja

1.      Diukur tinggi akasia dengan menggunakan mistar
2.      Dibuat batas untuk mencangkul tumbuhan dengan menggunakan pisau
3.      Dicangkul bagian tanah seluruhnya sampai akar tidak terputus
4.      Direndam objek pada air
5.      Setelah beberapa waktu dibersihkan dan dihitung jumlah bintil akar yang hidup dengan bintil akar yang mati








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.4Hasil
Adapun hasil bintil akar pada tanaman Acacia mangium di media tanah ultisoil

Tinggi
Tumbuhan
Hidup
Mati
10-15 cm
A
6
4

B
7
6

C
3
2




25-30 cm
A
5
6

B
3
3




35-45 cm
A
27
1

B
11
3




45-60 cm
A
3
2



Gambar bintil akar




Adapun hasil bintil akar pada tanaman Acacia mangium di media tanah gambut

Tinggi
Tumbuhan
Hidup
Mati
10-15 cm
A
3




25-30 cm
A
4




35-45 cm
A
5
1




45-60 cm
A
11
4


2.4 Pembahasan

            Bintil akar dimiliki oleh tanaman leguminea yang membantu tumbuhan mengolah ammonia menjadi asam amino bagi tumbuhan sedangkan dia sendiri akan mendapatkan karbohidrat untuk kebutuhan berkembangnya.
            Acacia mangium adalah salah satu tumbuhan yang memiliki bintil akar. Dari hasil pengamatan yang dilakukan bintil akar memiliki ukuran-ukuran tertentu, mulai dari yang besar hingga ukurannya tidak dapat dilihat oleh mata. BIntil akar juga begitu erat dengan tanaman induk sehingga ketika diberi guncangan maka bintil akar belum tentu lepas dari tanamannya.
            Pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh dua kelompok, didapatkan bahwa bintil akar pada akasia lebih memiliki jumlah yang lebih banyak pada media tanah ultisoil daripada media tanah gambut. Hal ini disebabkan tanah ultisoil yang dominan liat dengan akar yang membutuhkan bantuan untuk menyerap air dan memecah ammonia sehingga bintil akar sangat dibutuhkan, sedangkan pada tanah gambut kebutuhan bintil akar sedikit karena kandungan pada tanah gambut yang subur.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.5 Kesimpulan

          Adapun kesimpulan yang di dapat praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.      Acacia mangium adlah salah satu tumbuhan yang memiliki bintil akar sebagai bahan praktikum mengenai bintil akar.
2.      Bintil akar tidak dapat hidup pada keasaman tanah lebih dari 7.0-7,2 dan akan mati bila tidak pada pH tersebut.
3.      Pada tanaman akasia dimedia tanah ultisoil memiliki kandungan bintil akar yang lebih banyak dari pada tanaman akasia dimedia tanam gambut.


  

2.5 Saran
           
            Saran yang  dapatpenulis berikan adalah :
1.      Dalam mengambil tumbuhan dari tanah harus berhati-hati supaya akar tidak terputus dan rusak
2.      Dalam melihat bintil akar sebaiknya menggunakan lup atau mikroskop dalm membantu melihat bintil akar.






BAB VI
DAFTAR PUSTAKA



Dwidjoseputro,S.1992.Mikrobiologi Pangan .Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Pujianto.2001.Pemampaatan Jasad Mikro ,Mikoriza dan Bakteri Dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan Di indonesia .Bogor:Institup Pertanian Bogor.

Rahayu,Novi.2003.Pemampaatan Mikoriza dan Bahan Organik Dalam Rangka Reklamus Lahan Pasca Penambangan.Pontianak.Fakultas Pertanian Tanjung Pura.

Santosa,DewiAndreas.1989.Teknik dan Metode Penelitian Mikoriza Vesikulas Arbuskular.Bogor:Institut Pertanian Bogor

Widya, 2011. Interaksi Tanaman Legum dengan . [ online] . [tersedia] : http://widyaamrida.blogspot.com/2011/10/interaksi-antara-tanaman-legum-dengan.html. Diakses tanggal 7 Juni 2013.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;