LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN
Studi Keanekaragaman Flora
& Iklim Mikro pada Ekosistem Hutan & Ekosistem Semak Belukar di UNJA
Mendalo
OLEH : KELOMPOK 10
1. MUHAMMAD
ILYAS BAHRI R. (D1D012029)
2. FEBRI
MENDELITA (D1D012039)
3. IRA NATASYA
CAROLINE H (D1D012047)
PROGRAM STUDI : KEHUTANAN
DOSEN PENGAMPU :
Nursanti S.Hut,
M.Si
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu
tempat abiotik yang terdapat macam mahluk hidup pada waktu tertentu adalah sebuah
ekosistem. Adanya interaksi antara makluk hidup dan lingkungannya, yang saling
memberikan timbal-balik antar keduanya. Bila salah satu dari kedua tidak dapat
mengakibatkan gangguan pada ekosistem tersebut.
Banyak
jenis dan ragam ekosistem di dunia ini. Mulai dari ekosistem hutan primer
sampai ekosistem hutan gundul. Komposisi dari masing-masing ekosistem tentu
berbeda, baik itu fauna maupun floranya. Begitu juga komposisi abiotik di
ekosistem tersebut, ada yang tanahnya kering, tergenang, lembab, dan sebagainya
termasuk suhu, cahaya dan kelembaban.
Pada praktikum ekologi hutan ini, dilakukan
pengamatan pada hutan sekunder, sebab hutan primer saat sekarang ini sangat
susah dijumpai, bilapun ada lokasi yang dituju sangatlah jauh. Hutan sekunder
merupakan hutan yang pernah mengalami gangguan tidak seperti semula yang
lapisan bawah hutan dipenuhi serasah-serasah pohon tapi hutan sekunder yang
lantai bawahnya sudah ditanama semak-semak yang tidak terlalu banyak.
Pengamatan
kedua dilakukan pada ekosistem semak belukar. Ekosistem ini telah ditumbuhi
oleh tanaman pionir-pionir yang mampu tahan terhadap paparan sinar matahari.
Dari ekosistem hutan sekunder dan ekosistem semak belukar tentu berbeda baik
itu flora maupun faunanya.
1.2 Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui ekosistem hutan sekunder dan ekosistem semak
2.
Dapat mengetahui populasi dan keadaan ekosistem hutan sekunder dan
ekosistem semak
3.
Dapat mengetahui
suhu dan kelembaban mikro ekosistem hutan sekunder dan ekosistem semak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah
ekosistem pertama kali dikemukakan oleh Transley (1935). Ia mengemukakan bahwa
hubungan timbal balik antara komponen biotik (tumbuhan, hewan, manusia mikroba)
dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dsb) di alam. Sebenarnya
merupakan hubungan komponen yang membentuk system. Ini berarti dalam struktur
maupun fungsi komponen-komponen tadi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai konsekuensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka
komponen lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini
disebut sistem ekologi, yang kemudin disingkat dan menjadi lebih dikenal
ekosistem (Rahardjanto, 2001: 98).
Dalam suatu
ekosistem terdapat komponen yang merupakan satuan makhluk hidup, meliputi
individu, populasi, komunitas, dan lingkungan. Individu adalah makhluk hidup
tunggal. Satu ekor ikan atau satu ekor kambing disebut sebagai individu.
Populasi adalah sekelompok organisme satu spesies atau sekumpulan individu yang
mendiami suatu tempat dan menetap di daerah tersebut. Misalnya semua ikan yang
hidup di kolam disebut populasi ikan. Sedangkan komunitas adalah kumpulan dari
beberapa populasi makhluk hidup yang mendiami suatu daerah tertentu. Diantara
komunitas lebih ditekankan pada makhluk hidup yang menghuni suatu tempat.
Sedangkan ekosistem penekanannya lebih pada pengertian hubungan timbal balik
makhluk hidup dengan lingkungannya (Parjatmo, 1987).
Berdasarkan
proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas 2 macam yaitu ekosistem yang
terbentuk secara alami dan ekosistem buatan. Ekosistem alami adalah ekosistem
yang terbentuk secara alaimi tanpa campur tangan manusia. Misalnya laut, hutan,
dan sungai. Ekosistem buatan adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia,
missal aquarium, waduk, dan kolam (Saktiyono, 1999).
Berdasarkan
sistem energinya, ekosistem dibedakan menjadi 2 yaitu ekosistem tertutup dan
ekosistem terbuka. Sedangkan berdasarkan habitatnya, ekosistem dibedakan
menjadi ekosistem daratan (hutan, padang rumput, semak belukar, ekosistem
tegalan) dan ekosistem perairan (tawar, payau, asin) (Tim Dosen Pembina, 2012:
44).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai “Studi
Keanekaragaman Flora & Iklim Mikro pada Ekosistem Hutan & Ekosistem
Semak Belukar di UNJA Mendalo” ini sekitar Hutan dan sekitar lahan pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat,
Kabupaten Muaro Jambi. Materi praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis,
tanggal 3 Oktober 2013, dimulai pada pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.40
WIB. Kemudian dilanjutkan pengamatan lapangan selama lima hari.
3.2 Alat dan
Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Alat tulis
2.
Tali rafia
3.
Thermo-higro meter
4.
Kamera
3.3 Prosedur Praktikum
1. Dibuat plot dengan ukuran
10 x 10 m pada areal lahan hutan sekunder dan semak belukar
2. Didicatat jenis dan jumlah flora dan fauna yang
berada pada plot.
3. Diambil sempel tanaman yang tidak diketahui jenisnya.
4. diukur suhu dan kelembaban pada areal lahan waktu
pagi, siang, dan sore hari
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang dapat di capai pada praktikum ini adalah sebagai berikut
:
A. Ekosistem Hutan Sekunder
No
|
Tanaman/Hewan yang ditemukan
|
Jumlah
|
Klasifikasi
|
1
|
Medang Sendok
|
1
|
Pohon
|
2
|
Muaro Nyelai
|
1
|
Pohon
|
3
|
Medang Kuning
|
1
|
Pohon
|
4
|
Medang Keladi
|
1
|
Pancang
|
5
|
Antui
|
1
|
Tiang
|
6
|
Kepala tupai
|
5
|
|
7
|
Liana
|
banyak
|
|
8
|
Semut
|
Banyak
|
Serangga
|
9
|
Nyamuk
|
banyak
|
Serangga
|
10
|
Laba-laba
|
1
|
Artrophoda
|
11
|
Kumbang
|
1
|
Serangga
|
B.
Ekosistem Semak Belukar
No
|
Tanaman/Hewan yang ditemukan
|
Jumlah
|
Klasifikasi
|
1
|
Senduduk (Melastoma malabathricum)
|
27
|
perdu
|
2
|
Tebu gajah
|
19
|
|
3
|
Ilalang
|
1
|
semak
|
4
|
Paku pakuan
|
Banyak
|
Paku-pakuan
|
5
|
Lalang (Imperata cylindrica)
|
Banyak
|
Semak
|
6
|
|
1
|
Perdu
|
7
|
|
1
|
Perdu
|
8
|
Sejenis putri
malu
|
1
|
Semak
|
9
|
Rumput liar
|
banyak
|
Rumput-rumputan
|
C. Perbedaan suhu dan kelembaban ekosistem hutan sekunder
dan ekosistem semak belukar
waktu
|
Suhu
|
|
Kelembaban
|
||
Ek. hutan sekunder
|
Ek. Semak
|
Ek. hutan sekunder
|
Ek. Semak
|
||
Pagi
|
26oC
|
28oC
|
80%
|
80%
|
|
Siang
|
31oC
|
34oC
|
58%
|
49%
|
|
Sore
|
30oC
|
32oC
|
68%
|
62%
|
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum ini,
pengamatan dilakukan pada ekosistem Hutan Sekunder yaitu lingkugan hutan kampus
Unja Mendalo, serta ekosistem semak belukar disekitar lahan pertanian Unja
Mendalo.
Hasil yang dari praktikum ini yaitu berbedanya ekosistem
hutan sekunder dengan ekosisten semak belukar. Flora dan fauna juga berbeda
pada setiap ekosistem. Pada ekosistem hutan sekunder terdapat tumbuhan besar
seperti medang sendok, tetapi pada ekosistem semak belukar tidak terdapat
tumbuhan besar.
Ekosistem hutan sekunder
memiliki lapisan-lapisan yang bisa disebut tegakan. Terdapat hingga canopy
layer dari tegakan-tegakan yang dibangun oleh tumbuhan-tumbuhan yang hidup pada
hutan sekunder. Lapisan bawah dari hutan sekunder tidak ditumbuhi begitu banyak
tumbuhan, hanya seresah daun saja mengering yang melapisi lantai hutan.
Pada ekosistem semak
belukar. Dapat dijumpai tumbuhan yang mendominasi adalah jenis-jenis pioner
yang tahan terhadap tanah gersang serta cahaya matahari. Tidak ada pohon-ponon
besar tumbuh pada ekosistem semak belukar. Lantai dari ekosistem semak dapat menyebabkan
kaki terkena goresan-goresan rumput yang memiliki duri-duri pada daun
tumbuhan-tumbuhan semak.
Keadaan lingkungan pada
ekosistem semak tentunya berbeda dengan ekosistem hutan sekunder. Suhu lebih
rendah pada ekosistem hutan daripada ekosistem semak. Hal ini dikarenakan
cahaya matahari tidak langsung masuk ke lantai hutan sekunder. Tetapi bila
seseorag berdiri pada lahan semak cahaya dapat langsung mengenai orang
tersebut, sehingga panas terasa. Begitu juga kelembaban semakin tinggi suhu
tentunya semakin rendah kelembaban, hal ini terjadi pada kedua ekosistem yang
diamati. Ekosistem hutan dengan suhu rendah memiliki kelembaban yang tinggi
pada pagi hari yaitu 80%-90% .
Hewan yang mendominasi
pada hutan sekunder ialah nyamuk yang suka pada tempat lembab dan kering,
terhindar dari cahaya matahari. Sedangkan pada semak tidak ditemukan nyamuk
karena tempatnya yang lebih panas dari hutan sekunder.
BAB V
KESIMPULAN
1. Tumbuhan yang dijumpai pada
ekosistem hutan sekunder berbeda dengan tumbuhan ekosistem semak, pada
ekosistem hutan terdapat tumbuhan berkayu yang tingginya mecapat 20-30 m,
sedangkan pada ekosistem semak hanya perdu dan semak yang ditemukan.
2. Lantai hutan dengan lantai semak juga berbeda, hutan
memiliki lantai yang dipenuhi serasah dan dedaunan yang telah gugur sedangkan
semak terdapat rumput-rumput bergdaun duri sehingga dapat melukai kaki
seseorang.
3. Keadaan lingkungan dan suhu pada hutan lebih sejuk
dibandingkan dengan suhu pada sema, serta kelembaban hutan lebih tinggi dari
kelembaban semak.
SARAN
1. Dalam melakukan pengamatan ke lapangan jangan lupa
menggunakan pengaman supaya terjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Saling menjaga satu dengan yang lainnya bila dalam
masalah dan jangan merusak ekosistem yang diamati karena dapat mengganggu
jaring-jaring makanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Parjatmo, Widjaja. 1987. Biologi Umum I. Bandung: Angkasa.
Rahardjanto. 2001. Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM.
Saktiyono. 1999. Biologi.
Jakarta: Erlangga.
Tim Dosen Pembina. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar.
Jember: Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Jember.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
HUTAN SEKUNDER
Ekosistem Semak belukar
0 komentar:
Posting Komentar