Senin, 18 November 2013 1 komentar

Penentuan waktu Setempat

LAPORAN PRAKTIKUM KLIMATOLOGI
PENENTUAN WAKTU SETEMPAT




OLEH : KELOMPOK 1

1.       ARIE WIRAWAN                                                             (D1D012001)
2.       AGUSTINA R SIMARMATA                                         (D1D012017)
3.       MUHAMMAD ILYAS BAHRI R.                                  (D1D012029)
4.       TRI AGUNG SAPUTRA                                                  (D1D012045)
5.       IRA NATASYA CAROLINE H                                       (D1D012047)

PROGRAM STUDI      : KEHUTANAN
 DOSEN PENGAMPU   :              Ir. Heri Junedi, M.Sc
                                                Yulfita farni, SP., M.Si


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menetapkan garis bujur memang sulit sekali karena dibutuhkan perhitungan waktu yang tepat. Sebagai contoh: Bayangkan Anda tinggal di London. Pada siang hari, Anda menerima telepon dari seseorang yang tinggal di garis lintang yang sama dengan Anda, tetapi jam di tempatnya baru menunjuk pukul 6.00 pada hari yang sama. Itu berarti Anda enam jam lebih awal. Karena Anda mengenal peta bumi, Anda dapat menyimpulkan bahwa si penelepon itu berada di Amerika Utara, dan di sana matahari baru saja terbit. Nah, andaikan Anda mengetahui waktu setempat orang itu secara akurat hingga hitungan detik, bukan menurut zona waktu, melainkan posisinya yang aktual sehubungan dengan matahari. Maka, Anda dapat menghitung garis bujurnya dengan sangat akurat.
Berabad-abad yang lampau, seorang navigator di mana pun ia berada di bumi dapat menentukan waktu tengah hari setempat hanya dengan melihat matahari. Jika ia juga tahu persis waktu di tempat semula, ia dapat menghitung garis bujurnya dengan tepat dan kalaupun melenceng, perbedaannya tidak sampai 50 kilometer. Sebenarnya, itulah ketepatan yang dituntut pada akhir pelayaran enam minggu untuk memenangkan hadiah tersebut.
Namun, tantangannya adalah untuk mengetahui waktu persisnya di tempat semula. Navigator bisa saja membawa jam bandul, tetapi jam itu tidak akan berjalan dengan baik di atas kapal yang terombang-ambing di laut lepas, dan kala itu jam dengan per dan roda masih kasar dan tidak akurat. Jam juga masih terpengaruh oleh perubahan suhu. Tetapi, bagaimana dengan jam raksasa di sekeliling kita—benda-benda langit, termasuk bulan.(anonim 1)

           

1.2  Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1.      Keseragaman waktu setempat
2.      Dapat mengetahui waktu dimana pengamat berada
3.      Dapat Menghitung waktu di belahan bumi manapun 





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Waktu Greenwich atau Greenwich Mean Time atau GMT adalah rata-rata waktu surya seperti yang dilihat dari Royal Greenwich Observatory (Observatorium Kerajaan di Greenwich), yang terletak di Greenwich, London, Inggris, yang melalui konvensi dikenal terletak di 0 derajat garis bujur. Secara teori, tengah hari GMT adalah saat di mana matahari melewati Meridian Greenwich (dan mencapai titik tertinggi di langit di Greenwich). Karena bumi memiliki kecepatan yang tidak teratur dalam orbit lonjongnya, kejadian ini (tengah hari di Greenwich) bisa 16 menit berbeda dari waktu Matahari nyata (apparent solar time) (perbedaan ini dikenal sebagai persamaan waktu). Namun tengah hari Greenwich ini diambil rata-ratanya sepanjang tahun, dengan menggunakan waktu Matahari.( Wikipedia 1)
Penetapan Kota Greenwich sebagai mula perhitungan waktu, menurut geolog Mesir Dr Zaglur Najjar yang juga dosen ilmu bumi di Wales University, Inggris, tidak terlepas dari pengaruh Inggris pada kala itu yang merupakan kekuatan kolonial super power dunia.
Dari Greenwich-lah, bumi dibagi menjadi garis-garis bujur imajiner. Setiap 15 derajat sama dengan satu jam. Dan, setiap 15 derajat dari sana dihitung berbeda satu jam dalam hitungan 24 jam. Perhitungan hari dan penanggalan internasional pun bermula dari bujur yang berjarak 180 derajat dari Greenwich.
Perbedaan waktu setiap belahan bumi juga bisa dihitung berdasarkan posisi kita di garis bujur. Karena satu putaran bumi itu memakan waktu 24 jam, perbedaan waktu satu jam adalah pada 360 derajat/24 = 15 derajat garis bujur. Artinya, setiap tempat yang memiliki perbedaan posisi bujur sebesar 15 derajat akan memiliki perbedaan waktu satu jam. Inilah pembagian zona yang dirintis oleh orang Kanada, Sir Stanford Fleming (1827-1915).
( renzdtama, 2011)
Indonesia terletak di antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindi, antara benua Asia dan benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, iaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterranean.
Letak astronomi mengakibatkan terjadinya perbedaan waktu sekitar 3 jam (yang lebih tepatnya 46 x 4 minit = 184 minit) antara bagian paling timur dengan bagian paling barat Indonesia.
Sejak tanggal 1 Januari 1988 di Indonesia diberlakukan pembahagian daerah waktu yang baru, menggantikan pembahagian waktu lama yang berlaku sejak 1 Januari 1964. Dengan berlakunya pembahagian daerah waktu baru ini, terjadi pergeseran waktu di beberapa tempat.
Daerah Waktu Indonesia Barat (WIB). Waktu Indonesia Bahagian Barat berdasarkan meridian pangkal 105º BT, meliputi keseluruhan Provinsi di pulau Sumatera, seluruh Provinsi di pulau Jawa, Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah (mempunyai selisih waktu 7 jam lebih awal daripada waktu Greenwich).
Daerah Waktu Indonesia Tengah (WITA). Berdasarkan meridian pangkal 120º BT, meliputi Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB),Nusa Tenggara Timur (NTT), dan seluruh Provinsi di Sulawesi (mempunyai selisih waktu 8 jam lebih awal daripada Greenwich).
Daerah Waktu Indonesia Timur (WIT). Waktu Indonesia Bahagian Timur berdasarkan meridian pangkal 135º BT, meliputi seluruh provinsi di Irian Jaya (Papua), Maluku, danMaluku Utara (mempunyai selisih waktu 9 jam lebih awal daripada waktu Greenwich).(wikipedia 2)





BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

            Praktikum mengenai penentuan waktu setempat ini dilakukan di Laboratorium Sumber Daya Hutan Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17 April 2013, dimulai pada pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.40 WIB.

3.2  Alat dan Bahan
                Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1.      Alat tulis
2.      Globe atau atlas
3.      Tabel koreksi waktu akibat rotasi bumi




3.3 Prosedur Praktikum
1. Ditentukan derajat bujur timur dari tempat yang akan ditentukan dengan melihat pada globe.
2. Ditentukan waktu yang akan dihitung pada waktu setempat
3. Ditentukan beda waktu dengan rumus B

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1.    Waktu bagian barat pada saat a. 17 April jam 12.00
                                                            b. 7 Desember jam 10.00


                Rumus yang digunakan
                                ww = Wst + B + K
                dik : ww – waktu wilayah (WIB, WITa, WITim)
                     Wst  - Waktu Setempat
                           B – Beda waktu dalam menit, nilai (+) atau (-)
                           K – Koreksi waktu akibat revolusi bumi menurut table


                Jwb :       B = 4 (dww – dbt)
                               
                                Dengan dww – derajat waktu wilayah   105 untuk WIB
                                                                                                       120 untuk WITa
                                                                                                      135 untuk WITim
                                                Dbt – derajat bujur timur, dari tempat yang akan ditentukan
                                                                Derajat daerah jambi 104
                                               
                                B = 4 ( 105 – 104 )
B = 4

a.       17 April jam 12.00

                                ww = Wst + B + K
                               
                              ww = 12. 00 + 4 + 00
                             
      = 12.04 WIB

Jadi, waktu Indonesia barat pada 17 April jam 12.00 WIB di Jambi  adalah 12.04 WIB








b.   7 Desemberjam 10.00

                                ww = Wst + B + K
                               
                              ww = 10. 00 + 4 - 08
                             
      = 09.56 WIB

Jadi, waktu Indonesia barat pada 7 Desember jam 10.00 WIB di Jambi  adalah 09.56 WIB



4.2 Pembahasan

          Berdasarkan hasil yang diperoleh perbedaan waktu setempat dengan waktu yang sebenarnmya tidaklah jauh, melainkan hanya beberapa menit. Setiap hari perubahan waktu yang terjadi di daerah  setempat dengan bagian barat Indonesia. Hal ini terjadi karena kecepatan rotasi bumi yang berbeda.
Indonesia terbagi menjadi 3 zona waktu karena panjang wilayah Indonesia secara “membujur” barat-timur adalah 44°, sehingga 44° : 15° = 2,93 (dibulatkan menjadi 3). Sehingga “panjang” zona waktu Indonesia secara keseluruhan adalah 3 jam yang pada akhirnya menyebabkan zona waktu Indonesia dibagi menjadi 3 zona. Zona-zona di Indonesia yaitu Bagian barat, bagian tengah, dan bagian timur.
            Pada penentuan waktu ini, berguna untuk menetapkan waktu sholat dan waktu berpuasa. Dengan perubahan waktu yang terjadi setiap harinya, rumus ini berguna menentukan waktu yang tepat untuk daerah yang kita tempati.






 BAB V
KESIMPULAN
1.      Bumi berotasi pada porosnya selama 23 jam 56 menit yang membuat bumi terdiri dari bagian-bagian waktu tertentu.
2.      Indonesia memiliki tiga zona waktu yaitu waktu Indonesia Barat, Waktu Indonesia bagian Tengah, waktu Indonesia bagian Timur.
3.      Dalam beberapa hari memiliki perubahan-perubahan yang terjadi pada koreksi waktunya.


SARAN
1.      Dalam melakukan pengitungan waktu semua bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum harus sudah tersedia.
2.      Letak waktu setempat pada daerah yang diukur diharapkan sudah mengetahuinya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2000. Upaya Memecahkan ”Problem Garis Bujur”.
(http://wol.jw.org/en/wol/d/r25/lp-in/102010170).
                Diakses tanggal 2 April 2013. 

Renzdtama, 2011  asal-mula penetapan greenwich sebagai 0
(http://renzdtama.wordpress.com/2011/09/17/asal-mula-penetapan-greenwich-sebagai-0%C2%B0/)
Diakses tanggal 23 April 2013

Wikipedia 1 , Waktu Greenwich
(http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu_Greenwich)
Diakses tanggal 23 April 2013

Wikipedia 2 , Geografi Indonesia
(http://ms.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia)
Diakses tanggal 23 April 2013







0 komentar
LAPORAN PRAKTIKUM KLIMATOLOGI
PENGENALAN ALAT-ALAT PENGUKUR CUACA




OLEH : KELOMPOK 1

1.       ARIE WIRAWAN                                                             (D1D012001)
2.       AGUSTINA R SIMARMATA                                         (D1D012017)
3.       MUHAMMAD ILYAS BAHRI R.                                  (D1D012029)
4.       TRI AGUNG SAPUTRA                                                  (D1D012045)
5.       IRA NATASYA CAROLINE H                                       (D1D012047)

 PROGRAM STUDI      : KEHUTANAN
 DOSEN PENGAMPU   :              Ir. Heri Junedi, M.Sc
                                                Yulfita farni, SP., M.Si


 FAKULTAS PERTANIAN 
UNIVERSITAS JAMBI
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan pengamatan secara terus – menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek pertanian lannya. Dalam persetujuan internasional, suatu stasiun meteorologi paling sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut – turut hingga akan mendapatkan gambaran umum tentang rerata keadaan iklimnya, batas – batas ekstrim dan juga pola siklusnya.
            Koordinasi secara luas mengenai pengumpulan dan pengelolaan data meteorologi dilakukan oleh World Meteorology Organization (WMO) yang berkedudukan di Geneva. Sedangkan untuk Indonesia koordinasi dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dibawah Dinas Perhubungan (Dishub) yang berkedudukan di Jakarta.
            Peralatan yang digunakan dalam pengamatan cuaca sangat banyak jumlah dan jenisnya. Peralatan – peralatan tersebut terdiri atas alat pengukur curah hujan, pengukur kelembaban nisbi udara, pengukur suhu udara, pengukur suhu, dan kelembaban nisbi udara, pengukur suhu tanah, pengukur suhu air, pengukur panjang penyinaran matahari, pengukur kecepatan angin, dan pengukur evaporasi.
Data anasir cuaca dan tempat-tempat berlainan baru dapat dibandingkan melalui cara pengukuran dan tingkat ketelitian sera ketepatan yang sama. Keseragaman yang dibutuhkan untuk pertukaran data cuaca secara internasional adalah :
a. Waktu pengamatan
b. Satuan anasir cuaca
c. Ketelitian dan ketepatan alat
d. Penentuan letak stasiun

1.2  Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1.      Mengetahui cara kerja dan cara menggunakan peralatan mengukur iklim dan cuaca
2.      Mengetahui cara mengamati iklim dan cuaca
3.      Mengetahui tata letak dan pemasangan peralatan iklim dan cuaca


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Secara luas meteorologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari atmosfer yang menyangkut keadaan fisis dan dinamisnya serta interaksinya dengan permukaan bumi di bawahnya. Dalam pelaksanaan pengamatannya menggunakan hukum dan teknik matematik. Pengamatan cuaca atau pengukuran unsur cuaca dilakukan pada lokasi yang dinamakan stasiun cuaca atau yang lebih dikenal dengan stasiun meteorologi. Maksud dari stasiun meteorologi ini ialah menghasilkan serempak data meteorologis dan data biologis dan atau data-data yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Lokasi stasiun ini harus dapat mewakili keadaan pertanian dan keadaan alami daerah tempat stasiun itu berada. Informasi meteorogis yang secara rutin diamati antara lain ialah keadaan lapisan atmosfer yang paling bawah, suhu dan kelengasan tanah pada berbagai kedalaman, curah hujan, dan curahan lainnya, durasi penyinaran dan reaksi matahari (Prawirowardoyo, 1996).
            Dalam bidang pertanian, menurut Wisnubroto (1999) ilmu prakiraan penentuan kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk menentukan wilayah pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi dunia pertanian. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi udara adalah unsur iklim yang penting. Dalam dunia pertanian, air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang penting. Kemampuan menyimpan air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah dengan cara transpirasi, evaporasi, dan drainase. 
Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
            Pada proses pengamatan keadaan amosfer kita ini, digunakan beberapa alat. Sebelum ditemukan satelit meteorologi, satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai keadaan atmosfer adalah dengan memasukkan keadaan yang diamati pada stasiun cuaca di seluruh dunia ke dalam peta cuaca (Neiburger, 1982). Pada pengamatan keadaan atmosfer kita di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi digunakan beberapa alat yang mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan alat-alat ilmiah lainnya yang digunakan untuk penelitian di dalam laboratorium, misalnya bersifat peka dan teliti. Perbedaannya terletak pada penempatannya dan para pemakainya. Alat-alat laboratorium umumnya dipakai pada ruang tertutup, terlindung dari hujan dan debu-debu, angin dan lain sebagainya serta digunakan oleh observer. Dengan demikian sifat alat-alat meteorologi disesuaikan dengan tempat pemasangannya dan para petugas yang menggunakan (Anonim, 2008).
            Adapun alat-alat meteorologi yang ada di Stasiun Meteorologi Pertanian diantaranya alat pengukur curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Ombrograf), Alat pengukur kelembaban relatif udara (Psikometer Assman, Psikometer Sangkar, Higrograf, Higrometer, Sling Psikometer), alat pengukur suhu udara (Termometer Biasa, Termometer Maksimum, Termometer Minimum, dan Termometer Maximum-Minimum Six Bellani), alat pengukur suhu air (Termometer Maksimum-Minimum Permukaan Air), alat pengukur panjang penyinaran matahari (Solarimeter tipe Jordan, Solarimeter tipe Combell Stokes), alat pengukur suhu tanah (Termometer Permukaan Tanah, Termometer Selubung Kayu, Termometer Bengkok, Termometer Maksimum-Minimum tanah, Termometer Simons, Stick Termometer), alat pengukur intensitas penyinaran matahari (Aktinograf), alat pengukur evaporasi (Panci Evaporasi Kelas A, Piche Evaporimeter) dan alat pengukur kecepatan angin (Cup Anemometer, Hand Anemometer, Biram Anemometer) (Prawirowardoyo, 1996).
            Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik dan mengirimkan kutipan statistik (sebagai contoh, rata-rata dan maksimum). Untuk yang keras menyimpan modul-modul setiap 15 menit. Hal ini dapat menghasilkan kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman untuk penyimpanan akhir disetiap interval keluaran. Ukuran utama dibuat di stasiun meteorologi danau vida, pemakaian alat untuk temperatur udara, kelembaban relatif, temperatur tanah (Fontain, 2002).
Hasil yang didapat setelah dilakukannya suatu pengamatan di stasiun cuaca atau stasiun meteorologi yakni data-data mengenai iklim. Di indonesia, berdasarkan ketersediaan data iklim yang ada di sistem database Balitklimat, hanya ada 166 dari 2.679 stasiun yang menangani data iklim. Umumnya hanya data curah hujan dan suhu udara, sehingga walaupun metode Penman merupakan yang terbaik, metode Blaney Criddle akan lebih banyak dipilih karena hanya memerlukan data suhu udara yang relatif mudah didapatkan (Runtunuwu et.al., 2008). 
Model-model peramalan deret waktu umumnya cenderung tidak tajam dalam membahas aspek keterkaitan ruang. Sebaliknya pada model-model prediksi yang menggunakan analisis keterkaitan ruang antar stasiun atau analisis hubungan antar parameter umumnya diterapkan pada satu periode waktu tertentu dan mengabaikan keterkaitan deret waktu ( Pramudia et.al., 2008). 





BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

            Praktikum mengenai pengenalan alat-alat pengukur cuaca ini dilakukan di stasiun klimatologi Universitas Jambi, Mendalo Darat, Kabupaten Muaro Jambi. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 10 April 2013, dimulai pada pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 11.40 WIB.

3.2  Alat dan Bahan
                Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

1.      Termometer Tanah
2.      Psikometer Standart
3.      Termometer Higrometer
4.      Termohigrograf
5.      Psikometer tipe sling
6.      Anemometer
7.      Termometer maximum & minimum




3.3 Prosedur Praktikum
1. Mendengarkan dosen menjelaskan alat-alat pengukur cuaca
2. Memperhatikan alat-alat pengukur cuaca yang tersedia
3. Mencatat cara kerja dari masing-masing alat ukur cuaca
4. Mengambil gambar masing-masing alat pengukur cuaca




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

A.    TERMOMETER TANAH (SOIL THERMOMETER)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkq_nrCt816yLAgjK3Ogmp7Mfe21Jlz_hIUtRVX8yJOlcuujHbiPNEWxZXB1SuDPg_2GgG0QiKSoqpn7S90-aKPfOJA-uDHrDmFxO4-mOZ0QZU0dFUccT56E63jrurRtAEZjPL3w0DQ7WD/s200/soiltm.gif
http://preview.shareapic.net/preview7/025081324.jpgTermometer tanah adalah sebuah termometer yang khusus dirancang untuk mengukur suhu tanah. Alat ini berguna pada perencanaan penanaman dan juga digunakan oleh para ilmuwan iklim, petani, dan ilmuwan tanah. Suhu tanah dapat memberikan banyak informasi yang bermanfaat, terutama pemetaan dari waktu ke waktu. Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada bagian skala dilengkungkan, namun ada juga yang tidak dilengkungkan. Hal ini dibuat untuk memudahkan dalam pembacaan termometer dan menghindari kesalahan paralaks.
            Prinsip kerja termometer tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara.
            Pengamatan suhu tanah umumnya dilakukan pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm.  Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput maupun tanah yang terbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal stasiun pengamatan. Area ini dijaga agar tanah disekitarnya tidak terganggu, tidak ternaungi maupun tergenang air.
            Sampai kedalaman 20 cm digunakan termometer air raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan pada kedalaman yang diinginkan. Seperti pada gambar di atas termometer merk casella telah banyak digunakan pada pengamatan meteorologi. Masing-masing termometer dipasang pada enamel hitam dengan dukungan baja ringan membentuk sudut 30˚ yang memudahkan pembacaan skala.  



B.     PSIKROMETER STANDAR

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioRlKmSvOEa7C-JdbSCCsHjk3BdGR3zYWEuTEIgZqzWnNCo15Sva41Ca7SLz_YiKcr-22zBoXpUeNtNqw3dy1mJpyW6B8nbKu6ZfxXnexs3uxTffQlCPsR8QcdIm7tqTwxo98fYwDDf1DW/s200/Psychrometer.preview.JPG
            Alat pengukur kelembapan udara terdiri dari dua termometer bola basah dan bola kering. Pembasah termometer bola basah harus dijaga agar jangan sampai kotor. Gantilah kain pembasah bila kotor atau daya airnya telah berkurang. Dua minggu atau sebulan sekali perlu diganti, tergantung cepatnya kotor. Musim kemarau pembasah cepat sekali kotor oleh debu. Air pembasah harus bersih dan jernih. Pakailah air bebas ion atau aquades. Air banyak mengandung mineral akan mengakibatkan terjadinya endapan garam pada termometer bola basah dan mengganggu pengukuran. Waktu pembacaan terlebih dahulu bacalah termometer bola kering kemudian termometer bola basah. Suhu udara yang ditunjukkan termometer bola kering lebih mudah berubah daripada termometer bola basah. Semua alat pengukur kelembapan udara ditaruh dalam sangkar cuaca terlindung dari radiasi surya langsung atau radiasi bumi serta hujan.


C.     THERMOMETER-HIGROMETER ANALOG RUANGAN TFA DOSTMANN HAAR-SYNTH
termometer-higrometer-haar-synth-hygro-tfa-dostmann
            Thermometer-Higrometer Analog Ruangan TFA Dostmann Haar-Synth,adalah alat hygrometer, alat pengukur kelembaban udara untuk dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor), ditambah fungsi termometer untuk mengukur suhu udara lingkungan. Thermometer Hygrometer sangat berguna untuk memonitor kelembaban udara dalam laboratorium, ruangan IT komputer server, dalam bidang peternakan maupun perkebunan. Fitur:

- Range Pengukuran Suhu: -10C …. +50C
- Range Pengukuran Kelembaban Udara (Humidity): 0% ….. 100%
- Diameter 100mm
- Hair Synthetic


D.    TERMOHIGROGRAF
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpbDLjinCSwKFA8IwvMWWJsigSjcgy2NLpoYJye3vBvqFfM9Abp1TYl0DVMq2KKbGW8wIW_7lryXB-GY97djOqbEvZqnFNo9u2_Dvwx6LNLmD1xVlq6HaOtTUsRaP5FJRGJ0zHjcww4fak/s200/termohidrograf.jpg
           

Menggunakan prinsip denga sensor rambut untuk mengukur kelembapan udara dan menggunakan bimetal untuk sensor suhu udara. Kedua sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum penunjuk yang merupakan pena penulis diatas kertas pias yang berputar menurut waktu. Alat dapat mencatat suhu dan kelembapan setiap waktu secara otomatis pada pias. Melalui suatu koreksi dengan psikometer kelembapan udara dari saat tertentu.

E.     PSYKOMETER TIPE SLING

            Sling psikrometer merupakan alat ukur parameter suhu bola basah dan suhu bola kering, yang digunakan pada kecepatan udara antara 2 dan 5 m/s. Menurut Smith (2008), Sling psikrometer memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi.
12. Gambar 1

1.      Proses pemanasan
Pada proses pemanasan, terjadi peningkatan suhu bola kering, suhu bola basah, entalpi, dan volume spesifik dari udara lembab, sedangkan pada kelembaban relatif terjadi penurunan. Perubahan tidak terjadi pada kelembaban mutlak, suhu titik embun, dan tekanan uap parsial.
2.      Proses pendinginan
Pada proses pendinginan, terjadi penurunan suhu bola kering, suhu bola basah, dan volume spesifik, sedangkan pada kelembaban relatif terjadi peningkatan. Perubahan tidak terjadi pada kelembaban mutlak, suhu titik embun, dan tekanan uap parsial.
3.      Proses pemanasan dengan humidifikasi
Pada proses pemanasan dengan humidifikasi terjadi peningkatan parameter entalpi, kelembaban mutlak, tekanan uap, suhu bola kering, suhu bola basah, suhu titik embun dan volume spesifik, sedangkan pada parameter kelembaban relatif umumnya mengalami penurunan.
4.      Proses pendinginan dengan dehumidifikasi
Pada proses pendinginan dengan dehumidifikasi terjadi penurunan suhu bola kering, suhu bola basah, suhu titik embun, entalpi dan volume spesifik.
5.      Proses pencampuran
Pada proses pencampuran, hampir semua sifat termodinamika udara mengalami perubahan, baik peningkatan maupun penurunan.
6.      Proses pendinginan evaporatif
Pada proses pendinginan evaporatif terjadi penurunan suhu bola kering, sedangkan pada suhu titik embun dan kelembaban mutlak terjadi peningkatan. Perubahan tidak terjadi pada entalpi dan suhu bola basah.
7.      Proses pengeringan.
Pada proses pengeringan, perubahan karakteristik sifat-sifat termodinamika udara serupa dengan proses pendinginan evaporatif.


F.      ANENOMETER

http://katahatimutiara.files.wordpress.com/2011/11/21052011506.jpg?w=300&h=225
            Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang berpusat pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros vertikal. Seluruh mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup maka rotor berputar pada arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada kecepatan tiupan angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur sistem akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin. Anemometer tipe “cup counter” hanya dapat mengukur rata-rata kecepatan angin selama suatu periode pengamatan. Dengan alat ini penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan ke pengamatan berikutnya, menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari kedua pengamatan tersebut, sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak tempuh tersebut dibagi lama selang waktu pengamatannya.

            Untuk pengamatan angin permukaan, Anemometer dipasang dengan ketinggian 1.5 meter dan 25 cm dan berada di tempat terbuka yang memiliki jarak dari penghalang sejauh 10 kali dari tinggi penghalang (pohon, gedung atau sesuatu yang menjulang tinggi). Tiang anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan tiang, dimana salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang anemometer dan antar labrang membentuk sudut 1200.
           
            Pemasangan penangkal petir pada tiang anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah rawan petir. Hal ini mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10 meter dengan ujung-ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir.



G.     TERMOMETER MAKSIMUM MINIMUM
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2RWeGbA3osfWIUppsx1H0IR6ZJf-trz3C2OZmYG3bIavE_DcxXToD1R7cYhi5Q4DEEs5HLBN2-U4SFkbkobmda0yZRn8rCor_ZMw86v7NT5YpW1q2vz38RfnjpbVVKa0VUp9dm6dWsfxY/s320/max-min+thermometer.jpg
            Termometer Maksimum dan Minimum adalah alat untuk mengukur suhu maksimum dan minimum dalam jangka waktu tertentu. Termometer dipasang dengan alat penunjuk skala yang terletak diatas permukaan air raksa. Termometer jenis ini pertama kali diperkenalkan oleh James Six Bellani yang kemudian lebih dikenal dengan termometer maksimum-minimum six bellani.
            Termometer Maksimum Minimum bekerja dengan adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun, air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap di dalam tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur maksimum selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer harus diayun dengan keras.

Temperatur Maksimum
Fungsi
            Termometer maksimum berfungsi untuk mengukur suhu maksimum yang terjadi dalam 1 hari dan diamati setiap jam 12:00 UTC atau jam 19:00 WIB. Hasil baca suhu maksimum harus lebih tinggi atau serendah-rendahnya sama dengan suhu udara hasil pembacaan dari termometer bola kering yang tertinggi pada hari yang bersangkutan

Pengamatan Suhu Udara Maksimum
- Baca termometer maksimum dengan cepat dan cermat sampai persepuluh derajat terdekat
- Setelah dibaca keluarkan termometer dengan hati-hati
- Pegang bagian ujungnya dengan baik dimana bagian bolanya ada di bawah
- Ayun/dikibas-kibaskan termometer tersebut berulang-ulang dengan lengan tetap lurus sampai air raksa yang terputus tersambung kembali dengan sempurna
- Kembalikan termometer maksimum tersebut ke tempatnya semula dengan hati-hati
- Pada saat mengembalikan, termometer maksimum harus dipegang dengan dua tangan sedikit miring dengan bagian bolanya lebih rendah dan bagian bolanya diletakkan terlebih dahulu kemudian baru bagian ujung tabungnya.

Temperatur Minimum
Fungsi
            Termometer minimum berfungsi mengukur suhu minimum yang terjadi dalam 1 hari dan diamati setiap jam 00:00 UTC atau jam 07:00 WIB. Hasil bacasuhu minimum harus lebih rendah atau setinggi-tinggi sama dengan suhu udara hasil pembacaan dari termometer bola kering yang terendah pada hari yang bersangkutan. Pengamatan Suhu Udara.

Pengamatan Suhu Udara Minimum
- Pada pengamatan suhu minimum skala yang dibaca adalah skala yang ditunjuk oleh ujung indeks yang terletak lebih jauh dari bola termometer
- Baca termometer minimum dengan cepat dan cermat sampai persepuluh derajat terdekat
- Setelah dibaca, keluarkan termometer dengan hati-hati
- Pegang termometer dan miringkan dengan bolanya berada lebih tinggi agar indeksnya meluncur ke bawah sampai berhenti menempel pada minikus (alkohol)
- Kembalikan termometer minimum tersebut ketempatnya semula dengan hati-hati
- Pada saat mengembalikan, termometer minimum harus dipegang dengan dua tangan sedikit miring dengan letak bolanya lebih tinggi dan bagian ujungnya diletakkan terlebih dahulu kemudian bagian bolanya diletakkan dengan hati-hati agar ujung indeks tetap menempel pada miniskus.


 BAB V
KESIMPULAN
 1. Alat-alat anasir cuaca yang digunakan pada stasiun klimatologi antara lain alat pengukur curah hujan, kelembaban nisbi udara, pengukur suhu udara, pengukur suhu dan kelembaban nisbi udara, pengukur suhu air, pengukur suhu tanah, pengukur panjang penyinaran matahari, pengukur intensitas penyinaran, pengukur kecpatan angin, dan pengukur evaporasi.

2. Data yang dihasilkan oleh masing-masing alat pengukur anasir cuaca memiliki kualitas yang berbeda-beda. 

3. Pengamatan data secara manual memerlukan pemantauan yang lebih rajin dan teliti, namun bila salah satu alat rusak tidak akan mengganggu kinerja alat yang lain.


SARAN
1.      Dalam melakukan pengamatan lapangan dengan menggunakan alat-alat pengamatan, di harapkan haruslah berhati-hati menggunakan alat karena harga dari alat-alat yang begitu mahal.
2.      Melakukan pegamatan haruslah dengan teliti supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. 


 DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2011. Pengenalan Alat-Alat. (http://smarttien.blogspot.com/2011/03/pengenalan-alat-alat-                                      meteorologi.html). Diakses tanggal 12 April 2013. 

Anonim 2. 2011. Alat-alat Klimatologi
                          (http://katahatimutiara.wordpress.com/2011/11/21/alat-alat-klimatologi/)
                           Diakses tanggal 12 April 2013

Neiburger, M. 1982. Understanding our Atmospheric Environment. Freeman Company, New York and Oxford.
Pramudia, A., Y. Koesmaryono, I. Las, T. June, I W. Astika, dan E. Runtunuwu. 2008. Penyusunan model prediksi curah hujan dengan teknik analisis jaringan syaraf (neural network analysis) di sentra produksi padi di Jawa Barat dan Banten. Jurnal Tanah dan Iklim 27: 11-12.

Prawiroardoyo, S. 1996. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Runtunuwu, E., Syahbuddin, H., dan A. Pramudia. 2008. Validasi model pendugaan evapotranspirasi : upaya melengkapi sistem database iklim nasional. Jurnal Tanah dan Iklim 27: 8 – 9.

 
;